beranda

Sabtu, 16 Maret 2013

perekonomian indonesia


PEREKONOMIAN INDONESIA
PENGARUH PEMBANGUNAN MALL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA






  






DISUSUN OLEH : 3EA17

1.      ARIF HADI SAPUTRA
2.      ARYA BIRAMA
3.      ANDIKA KUSUMA
4.      CHAIRUL FIRDAUS
5.      HERRU HERMAWAN
6.      JOHANES C. MULI
7.      SARAH RAUDATUL



UNIVERSITAS GUNADARMA
2013

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

BAB 1 Pembukaan ................................................................................................
            Masalah saat ini ..........................................................................................

BAB 2 Isi ................................................................................................................
            Pembahasan masalah ..................................................................................

BAB 3 Penutup ..........................................................................................................
            Kesimpulan & saran ...................................................................................
            Daftar pustaka .............................................................................................




















PENDAHULUAN

Banyaknya pusat perbelanjaan memberikan alternatif yang lebih banyak bagi masyarakat dalam berbelanja ataupun berdagang. Namun, berbagai persoalan pun kemudian muncul. Apakah dengan dibangunnya mall memberikan kesempatan kepada pedagang lokal ataupun masyarakat pribumi yang notabene rakyat kecil untuk mendapatkan lahan berdagang yang lebih baik? Apakah benar kemacetan selalu diidentikkan dengan ketidakdisiplinan sopir angkot? Apakah perkembangan pusta-pusat perbelanjaan tersebut konsisten dengan daya dukung kota dan daya beli masyarakat ?

























BAB 1

Masalah yang saat ini terjadi akibat pembangunan mall

-          Dampak pada pasar tradisional
-          Bertambahnya titik kemacetan
-          Berkurangnya fasilitas publik
-          Perbandingan dengan daya beli masyarakat
-          Kebijakan dan kontrol yang tidak ketat
-          Dampak positif dan negatif akibat pembangunan mall
























BAB 2

PEMBAHASAN
Akibatnya Pada Pasar Tradisional
Banyaknya pembangunan mall perlu diimbangi dengan perlindungan pemerintah kepada para pedagang pasar tradisional. Sebab, pedagang kecil semakin terancam oleh mall, karena mereka (mall) menawarkan barang kebutuhan dengan cara ritel dengan harga murah juga lengkap dengan banyak varian. Selain itu, suasana nyaman dan bersih tentu saja menggeser minat orang terhadap pasar tradisional yang becek (wet market) dan pengap. Oleh karena itu, perlu penguatan dan perlindungan terhadap aktivitas niaga perdagangan kecil pasar tradisional

Pengusaha-pengusaha kecil termasuk home industry harus berpontang-panting bersaing dengan produk luar negeri yang banyak dijajakan di mall. Lama kelamaan, usaha ini akan kembang kempis dan akan hancur. Rakyat kecil (PKL, pedagang asongan, pengamen, dll) akan mulai tersingkirkan.

Selain permasalahan mata pencaharian tersebut, dari segi budaya, dengan adanya pengembangan mall dan tergusurnya pasar tradisional, maka terkikisnya budaya lokal yaitu hubungan sosial berupa relasi antar manusia ; antar penjual dan pembeli. Hubungan sperti ini tidak terjadi di mall, yang terjadi hanyalah hubungan yang sifatnya ekonomis dan komersil sehingga melahirkan relasi manusia yang anonym.

Bertambahnya titik Kemacetan
Sudah menjadi “slogan” bahwa kota Bogor adalah kota termacet dan kota sejuta angkot, tentunya kaitannya dengan pembangunan mall, maka tempat-tempat pemberhentian angkot akan semakin bertambah.
Kemacetan jangan selalu diidentikkan dengan ketidakdisiplinan sopir angkot, sebenarnya titik-titik pemberhentian yang terlalu banyak tanpa dipertimbangkan jaraknya dengan adanya pembangunan mall.
Pembenahan masalah transportasi sangat berkaitan erat dengan kenyamanan masyarakat, baik para pengunjung mall maupun pengguna jalan secara umum.


Berkurangnya Fasilitas Publik.
Aapabila pembangunan itu dilakukan pada fasilitas yang biasanya dipakai untuk publik, maka tentunya akan mengurangi keberadaan fasilitas publik yang sudah bertahun-rahun dipergunakan. Dan ini jangan sampai hanya didasarkan pada permasalahan bisnis semata.

Banyak mall yang didirikan di lahan hijau ataupun fasilitas publik yang hijau bahkan yang seharusnya diperuntukkan sebagai wilayah atau saran pendidikan dirubah menjadi mall. Sehingga melahirkan dampak ekologis dan sosiologis bahkan tidak ramah lingkungan terlebih lagi seharusnya ada konversi lahan hijau untuk mengganti lahan yang digunakan sebagai bangunan mall.


Perbandingan Dengan Daya Beli Masyarakat.
Kalau pembangunan mall dan pusat-pusat perbelanjaan dibangun hanya atas dasar bisnis dan kepentingan ekonomi sesaat tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat, tentunya ini sudah secara tidak langsung meminggirkan masyarakat setempat Karen tidak mampu membeli barang-barang yang dijajakan oleh mall yang notabene harganya tinggi dan tidak terjangkau oleh masayarakat setempat.



Kebijakan dan Kontrol Yang Tidak Ketat.
Dari permasalahan di atas, sebenarnya ada titik sentral yang memang secara langsung bertanggungjawab atas permasalahan tersebut yaitu pemerintah Daerah, karena pemkot memiliki peran dan kewenangan dalam memberikan perizinan, oleh karena itu pemkot harus melakukan suatu tindakan yang bisa menimbulkan sinergi untuk perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Jangan sampai menjamurnya mall-mall hanya sekedar menjadi monument tanpa sejarah. bahkan monument yang bersejarah pun tak diurus dan terbengkalai.

Dalam pembangunan kota harus dibuat suatu tata aturan yang paten untuk jangka waktu lama dan hal tersebut harus benar-benar ditaati oleh para pemegang kebijakan di pemkot, jangan hanya karena tawaran finansial yang kesejahteraannya belum tentu dinikmati oleh masyarakat setempat dengan serta merta diambil sebagai sebuah proyek pembangunan. Secara tidak langsung, pemerintah menekan terhadap system ekonomi kerakyatan. Dan mengembangkan kapitalisasi pada perekonomian rakyat.

Selain pemerintah daerah yang seakan tidak konsisten menjalankan konsep tata kota yang telah digariskan sebelumnya, kurangnya kontrol dari para wakil rakyat yang seharusnya membela kepentingan rakyat seharusnya menjadi sorotan. Dari berbagai permasalah pembangunan yang keluar dari jalur Rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) terlihat dibiarkan.

Perlu diingat bahwa ukuran kemajuan suatu kota tidak bisa diukur hanya melalui banyaknya bangunan fisik. Kemajuan suatu kota ditentukan oleh masyarakatnya yang berpola fakir mapan, egaliter dan madani, makanya rasio pembangunan fisik harus selaras dengan ruang hijau terbuka yang sangat dibutuhkan masyarakat. Tidak perlu terlalu banyak mall dan pusat perbelanjaan kalau memang akhirnya menimbulkan berbagai macam permasalahan jangka panjang. Jangan sampai manusia-manusia pembangunan sekarang tergila-gila dengan bangunan-bangunan mewah, mulai dari mall, pusat perbelanjaan ataupun lainnya.

Dampak Pembangunan Mall di Indonesia

Dampak Positif
1. Mall memberikan peningkatan pendapatan negara dalam bentuk pajak, karena adanya aktivitas ekonomi disitu. Aktivitas ekonomi yang terjadi juga bukanlah main-main karena faktor penggerak transaksi kaum urban yang datang ke mall sudah tentu didominasi kalangan menengah ke atas. Sejatinya mereka bisa mengeluarkan lebih dari 100rb rupiah untuk setiap kedatangan mereka ke pusat perbelanjaan (akumulasi dari parkir, belanja, makan dan minum, atau kegiatan lain seperti nonton bioskop).

Ini adalah hal yang sangat menggiurkan terutama untuk pemerintah kita sebagai pendapatan negara. Meningkatnya jumlah orang kaya di tahun 2010 ini dan memboomingnya industri kreatif dapat turut mendongkrak psikologis manusia untuk berbelanja. Berbelanja hal-hal yang mungkin tidak terlalu mereka butuhkan.

2. Setiap pendirian mall berarti penyerapan tenaga kerja baru. Setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1% hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 250.000 - 300.000 orang tenaga kerja. Masih belum bisa menutupi angka jumlah pengangguran sebanyak 10 juta orang lebih di Indonesia. Pertanyaannya adalah, tenaga kerja manakah yang akan diserap oleh Mall? Tenaga kerja penduduk dengan KTP DKI Jakarta? Ataukah tenaga kerja Bodetabek yang notabene akan menambah jumlah komuter ke Ibukota?

3. Mall adalah sebuah lambang pengakuan. Pengakuan dari pihak-pihak; terutama tenant (terlebih jika tenant berasal dari luar negeri) bahwa iklim investasi di Indonesia baik. Menurut indeks investasi dunia, Indonesia masuk dalam peringkat 17 negara yang dapat dijadikan tempat berinvestati. Menyusul kenaikan harga IHSG yang nyaris menembus angka 3000, adalah indikasi-indikasi lain yang menunjukkan bahwa secara makro, negara ini memiliki fundamental ekonomi yang kuat.

4. mall juga memberikan fasilitas dan menampung seluruh kebutuhan masyarakat kota pada umumnya sehingga mall menjadi bangunan wajib yang ada di hampir seluruh pusat kota di indonesia

Dampak Negatif

Pembangunan mall akhir-akhir ini semakin meningkat, seiring pertumbuhan pembangunan di kota jakarta, ada dampak positif tapi lebih banyak negatifnya dari pertumbuhan mall tersebut.
Banyaknya mall akan juga melahirkan jurang perbedaan yang tinggi antara si kaya dan si miskin. Sehingga si miskin makin tidak akan merasa nyaman. Selain itu dampak lain pembangunan mall adalah warga akan semakin sulit mendapatkan ruang terbuka, seperti daerah resapan air atau taman sehingga pada gilirannya akan menyebabkan banjir. Dampak sosial dari pembangunan mall adalah warga akan terbius menjadi warga yang konsumtif dan menghabiskan waktunya dimall, kalau sang warga punya kemampuan finansial yang baik untuk belanja di mall mungkin tidak terlalu masalah, akan tetapi jika sang warga tak punya uang yang cukup, maka yang akan terjadi adalah angka kriminalitas yang akan semakin tinggi. Seperti pencopetan, penjambretan, perampokan dll.


Dalam konsep teori pembangunan perkotaan, yang seharusnya menjadi tempat berkumpul warga kota adalah taman atau area terbuka, namun karena keterbatasan dana dari pemerintah daerah untuk membangun taman baru dan perawatan taman yang telah ada maka mereka sulit mendapatkan taman atau lahan yang enak dikunjungi. Warga kota merasakan taman yang tidak terawat,kotor, kumuh. Ada hal menarik di balik pertumbuhan mall yang meningkat yaitu karena warga kota kehilangan tempat untuk sekedar berkumpul maka mal-mall jadi satu-satunya tempat untuk ajang berkumpul dan interaksi antar warga kota.

Satu lagi dampak negatif dari pertumbuhan mall adalah tersingkirnya satu persatu pasar tradisional yang pada gilirannya mematikan aktifitas pedagang tradisional pribumi. Jumlah pedagang tradisional semakin hari semakin berkurang akibat kalah bersaing dengan pasar modern yang memberi kenyamanan yang lebih. Sebagai catatan dari 37 pasar tradisional yang ada di kota bandung hanya ada dua pasar yang tingkat huniannya diatas 75%, sisanya hanya mempunyai tingkat hunian dibawah 50%.

Menurut survei yang dilakukan di kota bandung, saat ini jumlah pedagang tradisional yang masih giat beraktifitas adalah sekitar 9800 pedagang, jauh dibawah perkiraan tahun 2007 yang masih sekitar 13000 pedagang yang masih aktif, berbanding terbalik dengan pertumbuhan mall. Sepanjang tahun 2009 berdasarkan survei, jumlah pertumbuhan mall di kota bandung sekitar 31,4% . Perkembangan jumlah mall yang tak terkendali menyebabkan penurunan jumlah pasar tradisional. Perbandingan setiap satu mall berdiri maka 100 pedagang dan warung akan gulung tikar.








KESIMPULAN & SARAN
Sebenarnya pembangunan mall boleh dilakukan karena masyarakat pun dapat dampak positifnya tetepi alangkah baiknya bila pembangunan mall tersebut mengikuti aturan yang ramah lingkungan, seperti contoh biasanya pembangunan mall akan mengurangi lahan tebuka hijau, oleh karena itu sebaiknya pengelola mall melakukan penanaman pohon disekitar area mall agar dapat menggantikan lahan yang sudah terpakai akibat pembangunan mall.


















Daftar pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar